
Entah ini menjadi prestasi atau ironi, Indonesia telah berhasil menyalip Cina sebagai negara yang melakukan serangan cyber terbanyak di dunia pada kuartal kedua tahun ini. Pada kuartal sebelumnya, Indonesia masih menempati urutan kedua, di belakang Cina dengan pertumbuhan sebesar 21 persen.
Demikian menurut laporan lalu lintas Internet terbaru yang dikeluarkan Akamai. Dalam laporan tersebut, volume lalu lintas serangan cyber yang berasal dari Indonesia telah melonjak signifikan pada kuartal kedua ini. Akamai menyebutkan, dalam tiga bulan terakhir ini, 38 persen lalu-lintas Internet berbahaya yang ada di dunia berasal dari Indonesia atau naik 17 persen dari kuartal sebelumnya. Ini artinya, 1 dari 3 serangan Internet yang terjadi, bisa dikatakan, berasal dari tanah air.
Kendati demikian, peneliti Akamai memperingatkan, serangan Internet tersebut sulit untuk disimpulkan, apakah itu memang benar-benar dilakukan orang Indonesia sendiri. Bisa jadi, hacker asing telah menanamkan suatu program botnet di website ataupun komputer yang ada di Indonesia untuk menyerang target di wilayah lain. Meskipun Indonesia menjadi eksportir penyerangan digital, namun Akamai menyebutkan, Amerika Serikat menyimpan pelaku peretas yang cukup banyak dan berada di peringkat ketiga setelah Cina.
“Para penyerang tidak mesti berasal dari Indonesia. Ini jelas adanya serangkaian sistem yang telah disusupi,” kata d Direktur Akamai, David Belson, dilansir Wall Street Journal.
Bahkan ironinya, Belson mengatakan, pelaku asing dapat dengan mudah menyusup ke komputer karena maraknya penggunaan sistem operasi Windows bajakan yang disinyalir, rawan terkena serangan hacker. Alasan Belson ini diperkuat dengan data 2011 yang dikeluarkan Business Software Alliance, perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat. Mereka menyebutkan, sebanyak 86 persen instalasi aplikasi PC di Indonesia merupakan perangkat lunak ilegal alias bajakan.
Akamai menambahkan, Indonesia pun mesti bersyukur dengan adanya kecepatan Internet yang lebih tinggi sehingga mampu mengurangi efek buruk yang tidak diinginkan pengguna Internet di tanah air. Umumnya, kecepatan koneksi Internet global, termasuk mobile masih relatif lamban, yakni sebesar 1,7 megabits per detik. Namun, kecepatan rata-rata Indonesia saat ini sudah dua kali lebih tinggi dibanding tahun lalu.
Sementara itu, kepala pusat informasi dan humas Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Gatot S. Dewabrata mengakui, belum membaca laporan terbaru dari Akamai tersebut. Ia berjanji akan meminta penjelasan langsung dari Akamai bila pihaknya sudah mempelajari laporan tersebut. “(Laporan itu) bisa bermanfaat sebagai pengingat bagi warga Indonesia untuk dapat menggunakan Internet dengan bijak,” kata Gatot.
No comments:
Post a Comment