Dilansir Reuters, Lazaridis maupun Fregin bersama-sama memiiki sekitar 8 persen saham BlackBerry. Lazaridis menguasai 5,7 persen saham BlackBerry, sementara sisanya milik Fregin. Masih belum jelas, apakah keduanya berencana untuk bergabung atau punya alternatif lain guna memboyong semua saham Blackberry yang saat ini diperkirakan bernilai US$ 4,7 miliar.
Ini juga dilakukan kedua pendiri tersebut untuk mengandaskan penawaran yang sebelumnya dilakukan raksasa asuransi asal Kanada, Fairfax Finacial Holding, pimpinan pengusaha Pram Watsa. Fairfax sendiri memiliki 10 persen saham BlackBerry. Pihaknya pun berani melakukan penawaran hingga US$ 4,7 miliar dengan harga saham US$ 9 per lembar pada September lalu.
Ironinya, semenjak Fairfax melakukan penawaran yang terjadi adalah harga saham BlackBerry malah terus menurun. Ini menandakan sikap skeptisisme para investor bila BlackBerry dicaplok Fairfax. Namun uniknya, ketika berita dua pendiri tersebut ingin membeli perusahaannya mencuat, saham Blackberry malah berbalik positif. Saham perusahaan naik 1,1 persen menjadi US$ 8,20 di bursa Nasdaq pada penutupan perdagangan, Kamis kemarin (10/10).
Untuk diketahui, pada September lalu, Lazaridis dikabarkan sempat berbicara dengan dua raksasa ekuitas swasta, Blackstone Group dan Carlyle Group. Itu dilakukannya untuk mencari dukungan, mengambil alih BlackBerry. Akan tetapi, pengajuan penawaran membeli BlackBerry hanya bisa dilakukan, bila Lazaridis bergabung dengan Fregin, sesuai dengan dokumen Securities and Exchange Commission (SEC) yang ada.
Lazaridis dan Fregin, keduanya bersama-sama mendirikan Research in Motion (RIM), nama perusahaan sebeum berganti menjadi BlackBerry, pada Februari 1985 silam. Sewaktu awal pendirian, keduanya ingin RIM fokus ke bisnis elektronik dan ilmu komputer. Namun, memasuki awal abad ke 21, RIM mulai fokus ke bisnis handset dan layanan server email.
Lazaridis sendiri menjadi pendorong kekuatan di balik teknologi BlackBerry, sementara Fregin memainkan perannya yang lebih kecil dan tak terlalu disibukan dengan urusan internal perusahaan. Lazaridis didapuk menjadi co-CEO dan co-Chairman. Ia bekerja sama memimpin perusahaan dengan Jim Balsillie, seorang spesialis pemasaran yang telah lama bergabung sejak 1992 silam. Namun memasuki awal 2012, posisi Laziridis dan Balsillie pun digantikan oleh Thorsten Heins sebagai CEO. Ini atas permintaan pemegang saham yang mulai meragukan kepemimpinan Blackberry di tangan Lazaridis. Sementara Balsillie memilih mengundurkan diri, seiring dengan prospek perusahaan yang kian memburuk.
Sepeninggalan Laziridis mengurus internal perusahaan, baru-baru ini diketahui, Ia mulai kembali bekerja sama dengan Fregin, membangun perusahaan investasi bernama Quantum Valley Investments. Fokus usaha tersebut ialah mendanai berbagai pengembangan teknologi fisika dan komputasi kuantum.
No comments:
Post a Comment