Selamat Datang ,Dan Selamat Membaca, Enjoyy :)

Sunday, 27 October 2013

Terjepitnya Penerbit Buku Cetak di Era Digital

penerbit

Penerbit buku konvensional perlu mengenal pembaca mereka dan mencari tahu apa yang mereka inginkan jika tak ingin tersingkirkan dari era kepenerbitan e-book yang saat ini dikuasai oleh Amazon dan ritel e-book lainnya. Seperti diketahui, keberadaan buku digital atau e-book kian digemari ketimbang buku konvensional berbahan kertas. Pengguna hanya perlu membawa sebuah tablet atau laptop, maka ratusan buku sudah bisa dibawanya ke mana-mana.

Saat ini, pembaca pun semakin banyak yang memesan buku digital melalui online atau mengunduhnya di beberapa website penyedia e-book. Selain harganya yang mungkin lebih terjangkau, faktor mobilitas lah yang membuat pembaca tak mesti pergi ke toko buku. Selain itu, rekomendasi dari rekan mereka di forum online dengan menyebarkan link buku digital juga turut membantu era ini dan makin menyingkirkan era buku cetak.

Ini menjadi ironi bagi mereka yang bergelut di penerbitan buku cetak. Padahal, setengah dekade yang lalu, mereka masih memegang kekuasaan dalam membuat pilihan bagi pembacanya untuk membeli. Mulai dari promosi di toko buku hingga membuat ulasan di beberapa media cetak. Yang terjadi saat ini adalah mereka menghadapi tantangan untuk membangun kembali hubungan dengan pembaca yang saat ini telah dikuasai oleh Amazon.

“Dengan pergeseran ke digital, penerbit dihadapkan dengan cara yang sangat baru dalam menangani konten dan cerita. Industri penerbitan perlu belajar soal ini jika ingin bertahan hidup,” kata Sebastian Posth, kepala eksekutif di Publishing Data Network yang berbasis di Berlin Jerman, seperti dilansir dari Reuters.
Ada dua nama besar yang menguasai pasar buku digital saat ini, yakni Amazon dan Apple. Pada pasar Amerika Serikat saja, Amazon yang didukung perangkat tablet Kindle-nya menguasai pangsa pasar sebesar 65 persen. Sementara Apple yang mengintegrasikan buku digital ke dalam iTunes, menguasai pangsa AS sebesar 20 persen.

Permintaan buku digital ini disokong oleh maraknya konsumen AS yang membeli buku termasuk novel digital sebanyak 44 persen pada tahun lalu atau meningkat lima persen dari 2011. Bahkan menurut prediksi Forrester Research, pasar e-book pada 2017 mendatang untuk kawasan Eropa saja akan bernilai US$ 19 miliar.

Salah satu langkah yang dilakukan penerbit buku konvensional ialah berafiliasi dengan website pengulas buku yang sering dijadikan tempat berdikusi buku, seperti Goodreads. Website yang kini dimiliki oleh Amazon itu telah memiliki 20 juta anggota dan memiliki akses untuk mengetahui informasi pribadi anggotanya, kebiasaan membaca mereka, penulis favorit, dan ulasan buku. Ini yang kemudian bisa dimanfaatkan penerbit untuk mengetahui apa yang dimau pembacanya. Itu bila penerbit ingin mempertahankan bisnisnya di buku cetak konvensional ketimbang harus migrasi dengan mencetak ke versi digital atau e-book.

“Website tersebut memberikan penerbit kesempatan untuk menjangkau pasar yang lebih luas yang biasanya dalam lingkup nasional,” kata seorang konsultan penerbitan AS yang juga menjadi CEO di The Idea Logical Company, Mike Shatzkin.

No comments:

Post a Comment