
Industri game memang tengah berjalan menuju ke arah baru. Tidak lagi hanya menawarkan beberapa mekanik konvensional yang memungkinkan Anda untuk mengendalikan karakter tertentu dan menyelesaikan beragam misi spesifik, video game kini tumbuh menjadi sebuah media cerita. Sebuah sarana unutk melemparkan plot-plot terbaik yang bahkan jauh melebihi kualitas film Hollywood, namun dengan satu nilai jual yang tidak akan bisa tergantikan – interaktivitas. Tidak seperti film yang hanya meminta Anda untuk duduk dan menikmati setiap adegan yang ada, lewat genre unik ini, Anda berkesempatan untuk membangun cerita Anda sendiri, bergerak di dalamnya, dan terlibat dalam pilihan-pilihan krusial di dalamnya.
Terlepas dari kontroversi yang sempat mengitari mekanik yang baru ini, ada dua developer besar yang terus membuktikan bagaimana sebuah cerita interaktif mampu menghasilkan pengalaman bermain yang luar biasa – Quantic Dreams dan Telltale Games. Quantic Dreams – tangan yang berdiri di belakang judul besar sekelas Heavy Rain dan Beyond: Two Souls menawarkan visualisasi yang mumpuni, sekaligus proses motion capture untuk menampilkan esensi cerita secara optimal. Sementara di sisi yang lain, Telltale membawa pendekatan yang berbeda. Visualisasi cell-shading penuh warna, voice acts, dan kemampuan menawarkan beragam momen emosional adalah alasan mengapa proyek “The Walking Dead” mereka begitu memesona. Kali ini mereka hadir dengan proyek yang tidak kalah diantisipasi – The Wolf Among Us..
Seperti hal yang sempat mereka terapkan di The Walking Dead, The Wolf Among Us juga ditawarkan sebagai game interactive story episodik – yang setiap chapter ceritanya akan dijual dan dirilis dalam waktu yang terpisah. Episode 1-nya sendiri akhirnya dirilis beberapa waktu yang lalu.
Lantas bagaimana performa game ini sebenarnya? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah proyek dongeng tanpa akhir indah? Kami akan membahasnya lebih dalam lewat review ini.
Plot

Lupakan
semua dongeng dengan akhir indah yang pernah Anda baca. Selamat datang
di Fabletown, sebuah komunitas kecil di New Yorl yang dibangun dari para
pelarian karakter dongeng dan legenda.
Ditaklukkannya dunia mereka – Homelands oleh makhluk bernama The Adversary akhirnya mendorong banyak makhluk ini melarikan diri dan membentuk komunitas baru bernama – Fabletown di New York. Semua tokoh dongeng ini kemudian menjalani hidup yang baru dan berusaha membaur. Mereka yang berwujud binatang memiliki dua opsi: hidup dalam penyamaran sebagai binatang ternak di The Farm atau mengkonsumsi “Glamour” yang super mahal untuk memberikan wujud manusia dalam waktu tertentu. Cerita dongeng kelam pun dimulai.

Anda
akan berperan sebagai Bigby Wolf – serigala jahat di dunia dongeng yang
kini berusaha menempuh hidup baru di Fabletown, sebagai seorang
Sheriff.

Sayangnya,
ini bukan lagi sebuah dunia dongeng dengan cerita indah. Kebutuhan
untuk beradaptasi dengan dunia manusia menghasilkan konflik tersendiri
bagi para Fables.

Para
Fables dengan wujud binatang memiliki dua opsi untuk bertahan di
lingkungan ini: dengan menyamar sebagai binatang dan tinggal di
peternakan atau mengkonsumsi sihir bernama ‘Glamour” yang mahal.

Konflik ini terus memanas, dengan tewasnya salah satu Fable – Faith tanpa alasan yang jelas.

Bersama dengan si Putri Salju – Snow White, Bigby Wolf memulai investigasinya.
Apa yang sebenarnya terjadi dengan Faith? Siapa yang pantas untuk disalahkan atas tindak kriminal brutal ini? Inilah yang akan menjadi inti dari episode 1 – The Wolf Among Us.
Lebih Gelap, Lebih Brutal

Dibandingkan dengan The Walking Dead, The Wolf Among Us menawarkan atmosfer yang lebih “berat”, gelap, dan brutal.
Salah satu kesan yang mungkin akan Anda dapatkan dari game ini adalah atmosfernya yang gelap dan brutal, dibandingkan dengan drama sekelas The Walking Dead sekalipun. Fabletown mungkin memuat tokoh-tokoh dongeng yang terlihat manis di setiap cerita klasik yang pernah kita cicipi, namun tidak ada akhir yang bahagia untuk mereka. Mereka adalah makhluk berbeda dengan apa yang sempat diceritakan oleh orang tua kita sebelum tidur. Atmosfer Fabletown yang keras dan berbagai usaha keras yang harus mereka telurkan untuk dapat membaur di hidup manusia membuka celah konflik tersendiri. Tema yang jauh lebih dewasa, Telltale tidak lagi menahan diri.

Telltale
tidak lagi menahan diri. Anda akan bertemu dengan begitu banyak sumpah
serapah, darah, mutilasi di seri game yang satu ini.

The
Wolf Among Us menawarkan dunia, karakter, dan desain yang jauh lebih
dewasa. Tidak ada lagi sosok sekelas “Clementine” yang menjadi penghalus
tema.
Lupakan sementara atmosfer gelap yang terbangun sangat baik di The Wolf Among Us, dan mari beralih ke mekanik gameplay. Seperti yang sempat kami bicarakan sebelumnya, secara mendasar tidak ada perbedaan yang signifikan antara mekanik gameplay yang ditawarkan Telltale di kedua seri ini, namun harus diakui, Telltale menyempurnakan beberapa aspek di The Wolf Among Us. Sistem percakapan dan berbagai pilihan yang ditawarkan masih akan membuka Anda pada beragam jalan alternatif cerita yang bisa dipakai. Pilihan-pilihan ini kini ditawarkan dalam batas waktu tertentu, memaksa Anda untuk memilihnya secara impulsif dan bukannya lewat pertimbangan matang otak dan prediksi skenario seperti apa yang akan lahir. Menariknya lagi, Anda tidak harus memberikan respon di setiap percakapan. Diam kini menjadi opsi yang valid dan memberikan pengaruh tersendiri pada jalan cerita yang ada.

Ada batas waktu dalam memilih percakapan, yang terkadang menghasilkan pilihan yang justru terkesan impulsif.

Beberapa titik cerita juga menuntut Anda memilih satu dari dua cabang cerita yang berpengaruh signifikan pada keseluruhan plot.
Proses QTE yang kini diperkuat untuk menambahkan sedikit elemen aksi ke The Wolf Among Us tetap dapat mudah dikuasai. Sebagian besar QTE ini hanya akan meminta Anda untuk menekan tombol-tombol sederhana tanpa perlu kecekatan tangan sama sekali. Beberapa titik QTE juga menuntut Anda untuk mengarahkan cursor mouse ke posisi tertentu dan menekan tombol klik. Tidak ada mekanisme yang akan merepotkan koordinasi mata tangan Anda.

Sebagai seorang Sheriff, kemampuan investigasi Wolf juga diuji di sini.

Sementara untuk elemen aksi, Anda masih akan dihadapkan pada mekanisme QTE dengan tombol yang sederhana.

Lupakan
wujud visual mereka yang mungkin terlihat tidak menarik. Setiap
karakter ini dibangun dengan aksen dan voice acts yang kuat, mampu
merepresentasikan emosi dengan baik.
Bagaimana Jika Saya Belum Pernah Membaca Komik Fables Sebelumnya?

Sebagai
gamer yang belum pernah membaca seri Fables sebelumnya, ada ketakutan
bahwa kami akan “tersesat” ketika menjajal seri ini. Kecemasan yang
berhasil dikubur Telltale sejak awal permainan.
Jawabannya? Sangat bisa. Keputusan Telltale untuk tidak bertele-tele menawarkan latar belakang kelahiran Fabletown memang pantas untuk diacungi jempol. Alih-alih harus berhadapan dengan cut-scene panjang, Telltale hanya menyuntikkan kalimat-kalimat pendek di awal cerita untuk membantu gamer yang tidak familiar mendapatkan sedikit gambaran. Singkat, padat, dan jelas, Anda akan langsung dapat menangkap esensi cerita dari The Wolf Among Us dan mengapa ia terasa begitu aneh, namun familiar di saat yang sama. Menariknya lagi, Anda juga masih memiliki ruang yang cukup luas untuk mengenal karakter-karakter ini dalam progress cerita yang ditawarkan.

Anda mungkin akan berpikir bahwa The Wolf Among Us adalah sebuah cerita yang “gila”.

Namun
minimnya pengetahuan akan seri Fables justru menghasilkan keuntungan
tersendiri. Anda akan dengan mudah dibuat terpesona karena keunikan
tema, serta ditarik oleh beragam misteri yang ada.
Kesimpulan

The
Wolf Among Us berhasil tampil sangat menawan di Episode 1 – “Faith”
ini. Ada perasaan penasaran untuk terus mencari kebenaran pada sosok
Wolf, membangun keterikatan emosional dengan konflik dunia “manusia”
para Fables, dan ketertarikan pada konsepnya yang begitu brutal dan
kejam. Can’t wait for the Episode 2!
Apakah ini berarti The Wolf Among Us hadir tanpa kelemahan? Ada beberapa catatan yang pantas untuk diperhatikan. Pertama, mungkin musik yang harus diakui tidak terlalu menggugah dalam hemat kami. Walaupun masih membantu menawarkan atmosfer yang intens, namun tidak cukup kuat merepresentasikan apa yang sebenarnya tengah terjadi di layar yang tengah Anda hadapi. Kedua adalah hadirnya beragam pilihan yang tidak terasa signifikan berbeda. Anda seolah tidak bisa lepas dari karakter Wolf yang memang ditakuti di Fabletown dan menjadikannya “malaikat” secara instan. Banyak opsi percakapan muncul dan didesain untuk mengurangi kadar agresivitas Wolf, itu saja. Pilihan untuk memaki, sarkasme, atau sopan dengan inti percakapan yang sama? Justru cukup membingungkan.
Walaupun demikian, terlepas dari kekurangan tersebut, The Wolf Among Us berhasil tampil sangat menawan di Episode 1 – “Faith” ini. Ada perasaan penasaran untuk terus mencari kebenaran pada sosok Wolf, membangun keterikatan emosional dengan konflik dunia “manusia” para Fables, dan ketertarikan pada konsepnya yang begitu brutal dan kejam. Can’t wait for the Episode 2!
Kelebihan

Desain karakter dan dunia yang akan menggelitik imajinasi Anda.
- Desain dunia dan karakter yang memesona
- Tema yang begitu gelap dan brutal
- Sistem QTE yang mudah dikuasai
- Voice acts yang menawan
- Cabang jalan luas yang lahir dari pilihan Anda
- Mode investigasi Wolf
Kekurangan

Beragam
alternatif pilihan percakapan tidak lantas memberikan kebebasan bagi
Anda untuk mengubah kepribadian sesungguhnya dari sosok Bigby Wolf ini.
- Musik
- Pilihan percakapan tidak lantas mengubah kepribadian Wolf seperti keinginan Anda
Tidak cocok untuk gamer: yang menginginkan semua masalah terlesaikan dengan senjata api dan granat, tidak senang dengan game yang penuh percakapan.
No comments:
Post a Comment