Dua pembuat smartphone yang sama-sama dari kawasan Asia, Samsung dan
HTC, akan mencetak rekor baru tahun ini dalam hal melaporkan hasil
kinerja kuartal terbaru mereka. Ironinya, ada kontras di antara keduanya
yang baru saja terjadi pada tahun ini.
Perusaaan asal Taiwan HTC dilaporkan menderita kerugian penjualan
pada kuartal terbaru ini semenjak 2002 silam. Ini artinya, HTC baru kali
ini menderita kerugian per kuartal sejak sebelas tahun terakhir.
Sementara Samsung malah mencetak rekor baru dalam hal kenaikan laba
per-kuartalnya dibanding tahun-tahun sebelumnya.
HTC melaporkan telah menderita kerugian hingga 3,5 miliar dolar
Taiwan (Rp 1,3 triliun). Itu terjadi setelah penjualan smartphone mereka
menurun hingga sepertiga menjadi 47,05 miliar dolar Taiwan (Rp 18,5
triliun). Analis pun sampai menyarankan HTC agar segera mencari
kemitraan baru atau melakukan merger dengan perusahaan IT lainnya.
Menurut analis, hal itu guna menghindari terjepitnya pasar smartphone
high-end antara Samsung-Apple dan pasar low-end smartphone Cina.
Peter Chou, CEO HTC sebelumnya juga telah memperingatkan investor
bahwa pihaknya bakal menderita kerugian parah, seperti yang telah
diperkirakan berbagai analis pasar. Seorang analis dari Yuanta
Securities di Taipei, Dennis Chan mengatakan, HTC telah menderita
manufaktur karena biaya komponen yang lebih mahal dari biasanya,
terutama harga chip. Ini yang kemudian membuat margin keuntungan menurun
ketika memasuki pasar smartpphone low-end di Cina.
Belum lama ini HTC juga telah menjual unit bisnis video mobile,
Saffron Digital senilai US$ 48 juta (Rp 550 miliar). Itu harga yang sama
saat mereka mengakuisi Saffron pada Februari 2011 silam. Bahkan guna
menutupi kerugian lebih besar lagi, HTC pun berniat menjual 25 persen
sahamnya yang tersisa di perusahaan headphone Beats Electroinics sebesar
US$ 285 juta (Rp 3,3 triliun). Kendati demikian, pendiri HTC, Cher Wang
berulang kali mengatakan Ia tak akan menjual perusahaan meskipun harga
sahamnya berada di titik yang lebih rendah.
Sementara itu di kubu Samsung Electronics yang memiliki unit bisnis
chip memory, media penyimpanan, kamera, TV, dan perangkat mobile,
seperti laptop, smartphone, dan tablet akan memperoleh laba hingga 10,1
triliun won (Rp 107 triliun). Angka ini naik signifikan hingga 25 persen
dibanding tahun lalu. Bahkan, hasil ini mampu mengalahkan prediksi
analis, mengingat penjualan smartphone high-end Samsung diperkirakan
akan mulai menurun.
Yang menjadi faktor keberhasilan Samsung pada kuartal terbaru ini
ialah bisnis chip. Penjualan chip memory Samsung mulai melonjak, setelah
pesaing terdekat mereka, SK Hynix (produsen chip memory terbesar kedua
di dunia setelah Samsung) menderita kebakaran pabrik yang ada di Cina
pada September lalu. Kebakaran itu membuat harga chip memory Hynix telah
melonjak hingga 37 persen, sehingga membuat konsumen maupun klien
perusahaan mulai beralih memesan chip Samsung.
“Chip memory, bukan handset, yang telah berhasil mendorong perjalanan
berikutnya bagi Samsung dalam pertumbuhan laba,” kata Mark Newman,
seorang analis senior di Bernstein dalam sebuah sebuah catatannya kepada
klien, dilansir Guardian.
No comments:
Post a Comment